Jembatan Sau Duit. Ada juga yang menyebutnya dengan Jembatan Situ Duit.
Tetapi, yang pasti keduanya merujuk pada sebuah jembatan sepanjang kurang lebih 30 Meter yang membentang di atas Sungai Ciliwung. Letak jembatan ini berada di Jalan Ahmad Yani Bogor tepat di sebelah Plaza Jambu Dua, Warung Jambu.
Simak Juga : Plaza Jambu Dua – Sentra Komputer Dan Gadget
Jembatan Satu Duit merupakan akses penting bagi warga Bogor di sebelah Utara dan juga Kabupaten Bogor bila mereka hendak menuju ke pusat Kota Bogor.
Pembangunan jembatan ini diperkirakan berlangsung pada pertengahan abad ke-19, diantara tahun 1850-1860-an. Bisa dikatakan usianya sekarang sudah mencapai lebih dari 150 tahun.
Jembatan ini , hingga kini masih cukup kokoh untuk menahan beban ribuan kendaraan yang setiap hari melewatinya. Meskipun demikian mengingat usianya yang sudah cukup uzur, Pemerintah Kota Bogor menurut informasi sedang merencanakan untuk merevitalisasinya.
Asal Usul Nama Jembatan Satu Duit
Ada beberapa versi terkait dengan nama yang dikenal oleh masyarakat Bogor saat ini.
Dalam salah satu versi tersebut ada yang berbau tahkyul atau mitos. Ada juga yang dikaitkan dengan sejarah.
Anda ingin mengetahuinya? Silakan lanjutkan membacanya. Tidak perlu terlalu serius, santai saja. Jembatannya masih akan tetap ada di tempatnya kok.
De Witte Burg
Ketika selesai dibangun 150 tahun yang lalu, jembatan ini pembatasnya dicat putih dari ujung ke ujung.
Oleh karena itu oleh Pemerintah Hindia Belanda di Bogor masa itu, jembatan ini dinamakan De Witte Burg alias si Jembatan Putih.
Karena, lidah orang Indonesia masa itu sepertinya memang masih kesulitan melafalkan kata-kata bahasa Belanda, kata De Witte yang artinya Putih terdengar seperti “Duwit“.
Lama kelamaan akhirnya menjadi Duit (uang)
Entah benar atau tidak tetapi memang dulunya jembatan ini bernama De Witte Burg. Versi yang ini berbasis sejarah.
Melemparkan Duit Receh Untuk Keselamatan
Versi yang lain menyebutkan bahwa dulu, wilayah di sekita Warung Jambu belumlah ramai seperti sekarang. Sekelilingnya masih berupa hutan lebat. Gelap dan menakutkan.
Cukup lazim bila di masa itu, setiap daerah dianggap ada “penunggu”nya.
Nah, bila yang lewat tidak mau diganggu oleh sang penunggu, mereka harus melemparkan recehan ke dalam sungai.
Melemparkan Duit Logam Agar Permohonan Terkabul
Ini satu lagi versi asal usul nama Jembatan Satu Duit yang berdasarkan kepercayaan.
Banyak yangmeyakini bahwa nama tersebut terkait tentang mitos yang ada di masa lalu. Mitos tersebut adalah apabila seseorang melemparkan kepeng, atau uang logam masa itu ke dalam sungai, maka permohonannya akan terkabul.
Pungutan Jalan
Sudah tentu di masa lalu, pastilah ada pungutan juga. Sama seperti sekarang.
Apalagi di masa tersebut para pedagang harus mengangkut hasil bumi mereka untuk dijual ke Pasar Anyar atau Pasar Bogor, dua pasar pertama yang ada di Bogor.
Lihat Juga : Pasar Bogor – Dulunya Sebuah Lahan Sewaan
Nah, rasanya sudah maklum kalau pemerintah Belanda di Bogor ingin pula mendapatkan keuntungan dari Jembatan Satu Duit, yang merupakan akses sangat penting ke pusat kota.
Jadi, dipungutlah uang dari para pedagang tersebut.
Kira-kira begitulah beberapa versi kemungkinan dari mana nama Jembatan Satu Duit berasal.
Yang manapun tidak penting. Yang penting Anda jangan sampai melemparkan uang receh ke bawah jembatan. Jangan lakukan itu.
Bukan karena tidak percaya mitos, kalau Anda mau percaya silakan. Tetapi, sudah tidak ada lagi yang melakukan itu di masa kini. Kalau Anda melakukan siap-siap menerima lirikan heran dari banyak orang.
Juga, kalau Anda melempar dari atas mobil atau kendaraan, ada kemungkinan bisa mengenai kendaraan atau pengendara lain. Berbahaya!