Pedagang Sagu Rangi Kebal Fluktuasi Harga BBM Dan Elpiji

Harga BBM naik lagi? No problem. Pemerintah mengumumkan penyesuain Elpiji 3 kiloan untuk menutupi kerugian Pertamina? Tidak masalah. Harga minyak dunia menukik tajam? Ga urusan.

Rupanya, tidak semua orang ambil peduli terhadap fluktuasi harga BBM yang seperti roller coaster belakangan ini. Juga tidak terlalu memusingkan penyesuaian elpiji 3 tabung 3 kilogram yang selalu ke level di atasnya dan bukan ke bawah.

Pedagang Kebal Fluktuasi Harga BBM Dan Elpiji
Pedagang Sagu Rangi, Situ Cikaret, Februari 2016

Sedemikian saktinya kah sehingga sesuatu yang amat sangat mempengaruhi pemikiran banyak orang, bisa sebegitu mudahnya diabaikan?

Padahal sebagai pedagang, fluktuasi harga BBM atau elpiji sangat kritikal bagi penentuan harga. Tidak jarang pedagang menjerit ketika harga naik drastis dan dengan segera menaikkan harga jual produk mereka (walau sering diam ketika harga BBM turun, yah namanya juga pedagang).

Tetapi, pedagang sagu rangi yang saya temui di Situ Cikaret ini sepertinya adem ayem saja.

Setelah diperhatikan, ternyata ia memang pantas tidak begitu ambil pusing terhadap gonjang ganjing di dunia perminyakan atau BBM. Bisa dikata ia sudah menemukan sebuah pemecahan yang membuatnya seakan kebal terhadap efek dari perubahan harga bahan bakar (meski tidak seluruhnya).

Caranya?

Yah, ternyata tidak sesulit yang diduga. Sederhana. Sesederhana sagu rangi yang dijualnya.

Beginilah ia mengatasinya.

Penjual Sagu Rangi Dan Tungku Kayu Bakarnya
Situ Cikaret 2016

Yak. Caranya menjadi kebal terhadap fluktuasi harga BBM dan Elpiji adalah dengan TIDAK MENGGUNAKANNYA!

Kayu bakar, kawan! Pedagang kebal fluktuasi harga BBM ini menggunakan cara kuno untuk kuliner tradisional yang dijualnya.

Jadi, tidak heran kalau berapapun kenaikan harga minyak dan gas tidak berpengaruh banyak terhadap harga barang yang dijualnya. (Paling harga disesuaikan karena kebutuhan hidupnya juga naik karena pedagang lain menaikkan harga)

Bukan sebuah hal yang istimewa sebenarnya, tetapi sangat efektif untuk meredam efek ketika harga minyak dan gas tinggi.

Penjual Kayu Rangi Berbahan bakar kayu bakar
Situ Cikaret, 2016

 

Memang kotor dan berdebu kalau menggunakan kayu bakar, tetapi dengan sedikit kreatif dan waktu maka ketergantungan terhadap bahan bakar minyak bisa dikurangi.

Tentu saja, saya tidak berharap semua pedagang menggunakan kayu bakar lagi. Hutan di Bogor yang sudah sedikit bisa menjadi punah mengingat kebiasaan orang Indonesia yang sangat tidak sayang lingkungan.

Pedagang sagu rangi ini dengan caranya sendiri seharusnya menunjukkan pada semuanya bahwa manusia bisa hidup tanpa harus tergantung total pada Bahan Bakar Minyak atau Gas. Ada cara lain.

Kembali ke tehnik masa lalu dengan kayu bakar atau arang adalah satu solusinya. Air, angin dan lain sebagainya bisa menjadi bahan energi untuk menunjang kehidupan.

Asalkan kita mau menjadi kreatif, berpikir dan tidak malas.

Bukankah begitu, Kawan Pembaca?

Pedagang anti fluktuasi harga BBM

O ya ada satu lagi keuntungan dari kebiasaannya memakai kayu bakar. Sagu ranginya memiliki rasa unik dan aroma yang khas.

Aroma kayu bakar dan bau asap. Unik, renyah dan enak. Keuntungan lain selain kebal terhadap fluktuasi harga BBM.

Mari Berbagi

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.