Laksa SKI – Laksa Bu Lili

Cerita mengenai laksa lagi? Betul. Sekali lagi tentang makanan ini. Meskipun mungkin Anda, pembaca LOVELY BOGOR (LB), agak bingung mengapa laksa lagi laksa lagi, tetapi LB merasa perlu membuat lagi tulisan tentang yang satu ini. Alasannya sederhana, bila suatu waktu nanti makanan ini punah, setidaknya akan ada satu tempat dimana orang akan bisa mengetahui apa dan bagaimana bentuk Laksa Bogor itu.

Laksa apa kali ini yang menjadi topik tulisan, tentu bukan tentang Laksa Gang Aut, Laksanya Mang Wahyu yang ngetop itu. Kali ini tentang Laksa SKI, alias kalau membaca merek dagangnya Laksa Bu Lili. Kesamaannya dengan saudara seperjuangannya di Gang Aut itu adalah keduanya adalah sama-sama termasuk laksa Bogor, makanan tradisional Kota Hujan. Yang pasti sama-sama enak dan murah meriah.

Kalau dibandingkan antara kedua laksa tersebut tidak banyak. Letak bedanya hanya pada bau daun kemangi pada Laksa SKI tidak sekental wangi pada Laksanya Mang Wahyu. Juga ketiadaan tambahan potongan telur rebus di atasnya. Selebihnya sama akan menggoyang lidah Anda (tentu kalau Anda penggemar makanan tradisional).

Dimana Laksa SKI atau Laksa Bu Lili itu?

laksa bu lily2a#Dimana? Lha dari nama sebutannya saja, bila Anda sudah pernah ke Bogor atau melihat acara tentang travelling di Bogor, pasti sudah bisa menduga. SKI atau Sumber Karya Indah, sebuah tempat wisata yang berada di bilangan Jalan Pajajaran Bogor. Sebuah lokasi rekreasi yang memadukan banyak unsur, mulai belanja, hiburan dan lain sebagainya. Kalau Anda belum mengenal tempat wisata ini, silakan baca tulisan Tas Tajur Tapi Bukan di Tajur – SKI untuk lebih jelasnya.

Di SKI tersebut terdapat sebuah arena makan alias foodcourt yang banyak berisikan makanan tradisional, nah Laksa Bu Lili atau lebih dikenal sebagai Laksa SKI itu berada.

Laksa SKI – Laksa Bu Lili

Jangan pernah membayangkan ketika Anda memesan semangkuk Laksa SKI, Anda akan melihat seorang ibu bersanggul meracik berbagai bahan ke dalam mangkuk. Tidak akan Anda temukan hal itu. Meskipun nama dagangnya Laksa Bu Lili, bukan seorang wanita yang akan ditemukan sebagai juru masaknya.

Justru yang akan ditemukan aalah seorang bapak berusia di atas 50 tahun yang akan menyajikan mangkuk Laksa SKI ke meja. Ia pulalah yang mencampur seluruh bahan. Tangannya trampil dan tidak kalah dari kaum wanita dalam memasak. Terlihat cekatan dan pasti ketika menaburkan garam atau menuangkan kuah kuning ke dalam mangkuk.

Kesemuanya dilakukan oleh kaum pria.

Ragu dengan hasil masakan kaum pria. Jangan! Kalau Anda ragu rasa hasil racikan sang bapak, yang entah namanya siapa itu. Bisa baca di bagian berikut.

Rasa Laksa SKI

Laksa SKI - Laksa BU Lili
Si Bapak

Menjadi warga Bogor selama kurang lebih 37 tahun, membuat LB sudah mencoba entah berapa jenis laksa yang ada di Kota Hujan ini. Nah, dari semua yang pernah dicoba, sejauh ini selain Laksa Gang Aut, Laksa SKI atau Laksanya Bu Lili ini adalah dua yang LB akan rekomendasikan untuk dicoba.

Kuahnya kental dan rasa bumbunya sangat terasa. Gurih dan tidak manis.Mengapa penting, karena laksa Bogor tidak seharusnya menjadi manis. Laksa itu memang harus gurih. Kebanyakan tempat di Bogor, laksanya agak terlalu manis dan justru kesan gurihnya kurang.

Begitu pula tahu yang matang karena tersiram kuah, empuk tetapi penuh rasa. Toge, daun bawang dijamin akan membuat yang mencoba akan merasakan lezatnya sebuah makanan tradisional. Tidak kalah dengan makanan modern.

Yang membedakannya dengan laksa di tahun 1970-1980-an yang ada di Bogor adalah satu hal. Hal tersebut memang harus dimaklumi karena sulit dilakukan terus menerus. Yang hilang dari Laksa Bogor versi SKI dan juga punya Mang Wahyu itu adalah bau asap.

Nah lo. Pada tahun 1970-1980-an di Bogor, penjual laksa masih berkeliling dari rumah ke rumah. Biasanya pedagang laksa keliling akan membawa dua tanggungan besar yang selain berisi bahan-bahan pembuat laksa, juga berisikan kayu bakar. Laksa pada masa itu masih dimasak dengan tungku yang menggunakan kayu bakar. Nah, sudah pasti tahu kan efek dari penggunaan tungku kayu bakar, asap. Nah, asap ini secara tidak langsung memberi aroma sangit atau bau asap kepada laksa yang disajikan.

Laksa SKI - Laksa Bu LiliLaksa SKI tidak lagi dimasak dengan peralatan yang sama. Untuk memasak digunakan kompor gas berbahan baku gas 3 kilo-an. Itulah yang menyebabkan aroma asapnya tidak ada lagi. Bukanlah sebuah masalah yang besar, lagipula kalau pohon harus ditebang untuk itu, lebih baik tidak.

Kalau Anda padukan dengan Es Cingcau yang ada di dekatnya, maka akan terasa lebih lengkap. Es Cingcaunya tidak berbau, tidak terlalu manis dan rasa gurih santannya terasa samar. Dalam level 1-10 ala MasterChef , LB akan memberikan angka 7.5-8 untuk Laksa SKI.

Harganya sendiri jauh dari membuat kantong Anda bocor. Yang akan membuat dompet Anda menipis adalah belanja di SKI bukan karena makan Laksa SKI. Dengan harga semangkuk hanya Rp. 10.000.- ditambah Es Cingcaunya, paling Anda hanya harus mengeluarkan Rp. 15.000.-. Sudah murah, bisa menikmati sesuatu yang sangat khas Bogor, wisata Anda ke Tas Tajur yang bukan di Tajur ini, sudah pasti akan terasa menyenangkan.

Hanya pastikan, LB sangat sarankan, selama Anda menikmati Laksa SKI ini, perhatikan dimana teman wanita atau istri Anda berada. Jangan sampai terlepas dari pengawasan karena tidak jauh dari lokasi Laksa Bu Lili ini terletak terminal tas SKI. Bila Anda terlalu terbuai dengan nikmatnya, harga laksa yang hanya selembar uang sepuluh ribuan, bisa jadi Anda harus mengeluarkan uang lebih karena harga tas yang dibeli.

Bercanda. Berapapun harganya, kalau membuat orang yang Anda sayangi senang, rasanya tidak akan terasa mahal. Begitu pula Laksa SKI, harganya murah tetapi sangat pantas menjadi sebuah cerita yang Anda ceritakan kepada rekan, teman, dan keluarga Anda ketika kembali dari wisata ke Bogor.

Buka begitu, Kawan?

Mari Berbagi

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.