Bogor Modern, Kampung, Dan Kampungan

Bogor itu modern atau kekinian, bahasa ngetren-nya. Tidak mungkin mengatakan sebaliknya.

Penduduknya hampir tidak bisa lepas dari berbagai atribut yang menunjukkan kenyataan ini. Smartphone, tablet dan berbagai macam gadget tidak bisa lepas dari genggaman. Mobil keluaran terbaru berlalu-lalang di jalan raya.

Warnet (warung internet) sudah banyak yang gulung tikar karena hampir setiap rumah sekarang sudah terjangkau oleh layanan internet dari berbagai penyedia jasa layanan.

Makan pun tidak bisa lagi hanya dipenuhi dengan sekedar nasi dan tempe atau ceplok telur. Burger, Sushi, dan beraneka ragam jenis masakan bercita rasa ‘internasional” sudah menjadi menu umum.

Jangan tanyakan tentang mode berpakaian. Dari mode berpakaian ala Western, yang kadang ‘hemat’ bahan, hingga ala Timur Tengah pun menghiasi penampilan warga Kota Hujan ini.

Bahasa? Tidak perlu kaget kalau melihat anak SMA di Bogor ber-cas cis cus dengan wisatawan berambut pirang.

Modern, kekinian. Itulah Bogor dewasa ini.

Pada saat bersamaan juga, Bogor itu kampung. Tidak terhindarkan karena masih banyak juga bagian dari Bogor dimana penduduknya masih hidup dengan cara dan pola tradisional.

Banyak yang masih hidup dari mengelola sawah dan ladang atau juga empang ikan. Tidak sedikit yang masih berjualan hasil bumi dari kebun sendiri.

Tingkah laku dan budaya di kota ini juga masih menyisakan ciri sebagian sifat tradisional dalam balutan modernnya.

Tidak sulit menemui ibu-ibu ‘ngabring’ (pergi barengan) hanya untuk sekedar menghadiri pengajian. Bapak-bapaknya dengan sarungan pergi ke mesjid menunaikan sholat berjamaah. Anak-anak masih bermain dan berantem bersama.

Pasar modern dan pasar tradisional tidak jarang terletak berdekatan.

Bogor bisa dikata masih sebuah kampung yang besar. Sebuah kampung yang sedang menata diri untuk menuju ke masa dimana perpaduan dari kekinian dan ke-tradisional-an akan bersatu membentuk Bogor yang ‘modern’.

Yang tidak mengenakkan, ternyata Bogor (warganya) ternyata juga banyak yang kampungan.

Jangan salah tangkap dengan kata ‘kampungan’. Jangan selalu dikaitkan dengan sebuah kehidupan di kampung yang tradisional.

Tidak selamanya seorang yang berasal dari kampung akan menjadi ‘kampungan’. Menjalankan hidup dengan pola yang ‘tradisional’ tidak secara otomatis menjadikan dirinya bisa disebut ‘kampungan’.

Sebaliknya mereka yang terlihat ‘modern’ tidak berarti langsung tidak ‘kampungan’. Penampilan luar tidak akan langsung melabelkan seseorang tidak ‘kampungan’

Kedua kata ini, kampung dan kampungan memiliki arti yang berbeda.

Kata ‘kampungan’ sendiri dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai

 Kiasan tidak tahu sopan santun; tidak terdidik; kurang ajar

Kalau mengandalkan mata saja, maka bisa dikata 3/4 warga Bogor akan termasuk kategori modern. Berbagai perlengkapan kekinian yang mereka genggam dan pergunakan akan menjadi buktinya. Cara bercakap atau berpenampilan pun jelas menunjukkan hal tersebut.

Tetapi, ketika melihat

  • Sebuah mobil mewah berharga ratusan juta rupiah membuka jendela, kemudian melemparkan tisu bekas ke jalan
  • Sehabis menenggak kopi dari sebuah kafe terkenal kemudian melemparkan gelas styrofoamnya ke taman
  • Motor ber-cc besar atau motor matic memaksa naik ke atas trotoar karena jalanan macet
  • Mobil bermerek Jepang atau Eropa diparkir di bawah tanda dilarang berhenti

Sulit untuk tidak mengatakan bahwa “Bogor” tidak kampungan.

Memang, banyak sekali yang salah kaprah dengan kata modern/kekinian, kampung, dan kampungan.

Banyak yang menganggap dengan Samsung S6 atau Mobil Mercy-nya atau iPad-nya, maka dirinya secara otomatis akan menjadi bagian dari masyarakat modern. Banyak pula yang menganggap kalau tinggal di kampung, maka mereka otomatis akan menjadi kampungan dan tidak modern.

Padahal, modern adalah sebuah kata yang lebih dekat kepada ‘inner’ atau bagian dalam dibandingkan ‘kulit’. Sebuah masyarakat yang modern akan terbentuk ketika semua anggotanya bisa menempatkan dirinya sebagaimana mestinya, melakukan kewajiban dan tidak semena-mena dengan haknya.

Perhatikan saja definisi modern dari Kamus Besar Bahasa Indonesia.

sikap dan cara berpikir serta cara bertindak sesuai dengan tuntutan zaman

Salah satu tuntutan zaman diantaranya adalah kepatuhan pada aturan dan hukum yang ada.

Di negara yang dianggap maju, sekaligus modern, kepatuhan pada aturan yang ada adalah sebuah hal yang diutamakan. Sudah bukan barang baru di negara-negara maju, seorang dengan kekayaan berlimpah atau kedudukan tinggi harus dimasukkan penjara karena melanggar aturan.

Taat pada aturan berada di atas penampilan lahir di negara maju dan modern.

Dalam hal kata kampung, kata ini bukanlah lawan kata dari modern.

Kampung hanyalah sebuah simbol dari pola hidup tradisional, kuno dan dianggap sudah ketinggalan jaman. Tetapi, tinggal di kampung tidak berarti tidak tahu sopan santun dan aturan. Bahkan, tidak jarang kepatuhan orang yang tinggal di kampung lebih tinggi.

Kampung bukanlah sinonim dari kampungan.

Salah kaprah inilah yang melahirkan Bogor yang kampungan. Ketika banyak dari warganya yang lebih mementingkan penampilan dan menuntut haknya, dibandingkan menjalankan kewajibannya dan menghormati hak orang lain. Ketika melanggar aturan dianggap biasa karena seseorang memiliki kekayaan dan barang bertehnologi maju.

Sayangnya, itulah yang masih terjadi dewasa ini di Bogor.

Jadi bersiaplah kalau Anda berkunjung ke Bogor untuk menemukan tiga wajah Bogor saat ini, MODERN, KAMPUNG, DAN KAMPUNGAN. Sekaligus.

Mari Berbagi

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.